Perfeksionisme Diam-Diam Bisa Menggerogoti Mentalmu

Perfeksionisme Diam-Diam Bisa Menggerogoti Mentalmu. (foto:dok/ist)

Jakarta, mediabengkulu.co – Terobsesi menjadi sempurna bisa tampak seperti hal yang positif. Tapi hati-hati, terlalu keras pada diri sendiri justru bisa menjadi bumerang bagi kesehatan mental.

Perfeksionisme yang tidak sehat seringkali muncul dalam bentuk standar yang terlalu tinggi, rasa takut gagal, dan kritik diri yang terus-menerus.

Akibatnya, banyak orang tanpa sadar terjebak dalam tekanan yang melelahkan secara emosional.

“Perfeksionisme bukan soal menjadi lebih baik, tapi soal ketakutan untuk tidak pernah cukup,” kata psikolog klinis, dr. Maya Prasetya.

Ambisi memang penting untuk mendorong kita berkembang, tapi perfeksionisme berbeda.

Ambisi memberi ruang untuk gagal dan belajar, sementara perfeksionisme menuntut hasil sempurna tanpa cela.

Jika tidak dikendalikan, perfeksionisme bisa berdampak serius:

– Kecemasan dan stres berkepanjangan

– Depresi akibat terus merasa gagal

– Harga diri rendah karena terlalu sering menyalahkan diri sendiri

– Prokrastinasi karena takut hasil tak sesuai harapan

– Kelelahan mental dan fisik

“Ketika kesempurnaan jadi satu-satunya tujuan, kita lupa menghargai proses. Itu bisa membuat seseorang cepat lelah secara mental dan fisik,” lanjut dr. Maya.

Stres dan kecemasan kronis yang disebabkan oleh perfeksionisme juga berdampak pada tubuh.

Dari gangguan pencernaan, melemahnya imun tubuh, hingga peningkatan risiko penyakit jantung – semua bisa bermula dari tekanan batin yang tak terlihat.

Kabar baiknya, perfeksionisme bisa diatasi. Salah satunya melalui terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang membantu mengubah pola pikir negatif.

Selain itu, praktik mindfulness dan self-compassion juga sangat dianjurkan. Belajarlah menerima bahwa tidak ada manusia yang sempurna – dan itu tidak apa-apa.

“Yang penting bukan hasil sempurna, tapi usaha dan prosesnya. Hargai dirimu meskipun tidak selalu berhasil,” tutup dr. Maya.

Perfeksionisme bisa tampak seperti motivasi, tapi jika tidak dikendalikan, ia bisa menjadi musuh dalam selimut.

Dengarkan dirimu sendiri, beri ruang untuk gagal, dan ingat: kamu tidak harus sempurna untuk menjadi berarti.

Sumber: Fimela.com