Waspada Demam Berdarah Saat Musim Hujan

Ilustrasi nyamuk aedes aegypti. (foto:dok/ist)

Mediabengkulu.co – Kasus demam berdarah dengue (DBD) terus menjadi perhatian serius di Indonesia. Hingga pekan ke-38 tahun 2024, tercatat lebih dari 1.200 kasus DBD di berbagai wilayah.

Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, dengan gejala awal seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot dan tulang, sakit kepala, mual, muntah, hingga bercak kemerahan di kulit.

Jika tidak ditangani, DBD dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pendarahan internal, kerusakan organ, hingga syok yang berujung kematian.

Menurut epidemiolog Universitas Indonesia, Dr. Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan, terutama saat musim hujan.

“Curah hujan tinggi menciptakan genangan air, yang menjadi tempat ideal bagi nyamuk berkembang biak. Kita harus mengeliminasi barang-barang bekas yang dapat menampung air,” jelas Tri Yunis, Kamis (21/11/2024).

Pola penyebaran nyamuk juga dipengaruhi musim.

Saat hujan deras di awal musim, nyamuk cenderung terbatas penyebarannya.

Namun, pada akhir musim hujan ketika genangan mulai berkurang, nyamuk menjadi lebih aktif dan menyebar luas.

“Puncak kasus DBD biasanya terjadi antara November hingga Desember, dan Maret hingga Juni,” tambahnya.

Untuk mencegah DBD, Dr. Tri Yunis mengimbau masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat melalui strategi 3M:

Menguras tempat penampungan air secara rutin.

Menutup rapat penampungan air agar tidak menjadi sarang nyamuk.

Mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menampung air.

“Pencegahan ini harus dilakukan secara konsisten dan terintegrasi oleh masyarakat, pemerintah, hingga sektor swasta,” tegasnya.

Selain 3M, vaksinasi kini menjadi solusi tambahan dalam melindungi diri dari DBD. Vaksin ini dapat diberikan kepada mereka yang belum pernah maupun yang sudah pernah terinfeksi.

“Untuk yang sudah terinfeksi sebelumnya, vaksin hanya diberikan satu kali. Sementara bagi yang belum pernah terkena, vaksinasi dilakukan dua kali sesuai anjuran,” ungkap Tri Yunis.

Menurutnya, vaksinasi sangat penting untuk mencegah dampak serius DBD di masa depan.

Dengan kombinasi vaksinasi dan langkah pencegahan 3M, risiko penyebaran penyakit ini dapat diminimalkan.

“Semua upaya ini harus dilakukan bersama-sama. Hanya dengan komitmen terpadu, kita dapat melindungi masyarakat dari ancaman demam berdarah,” pungkasnya.

Dengan kewaspadaan yang tinggi dan langkah pencegahan yang tepat, masyarakat diharapkan dapat melewati musim hujan tanpa ancaman serius dari demam berdarah. (**)

Sumber: Kompas.com