Sampaikan Pentingnya Rehabilitasi Mangrove Di Forum COP28, Sultan Puji Komunitas LATUN Bengkulu

Wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sultan B Najamudin. (foto:dok)

Bengkulu, mediabengkulu.co – Wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sultan B Najamudin mendorong para pemimpin dunia melakukan kolaborasi dalam program konservasi dan rehabilitasi lingkungan hidup di Paviliun Indonesia pada COP28 Dubai pada Rabu (06/12/2023).

“Agenda pengendalian terhadap kenaikan suhu bumi menjadi tanggung jawab bersama yang urgen. Salah satunya dengan melakukan inovasi rehabilitasi kawasan hutan dan lahan yang mengalami degradasi akibat aktivitas manusia selama ini,” ujar Sultan.

Menurutnya, saat ini Indonesia cukup intensif mengembangkan program rehabilitasi hutan mangrove yang merupakan kawasan hutan mangrove terluas di dunia, mencakup lebih dari 24 persen dari total luas mangrove dunia, yaitu 3,36 juta hektar.

Diperkirakan terdapat 3,14 miliar ton karbon biru yang tersimpan di hutan bakau, lanjutnya, menjadi bagian dari upaya Bangsa Indonesia berkontribusi pada dunia untuk mengurangi gas rumah kaca sesuai komitmen kuat Indonesia yang tercantum dalam untuk NDC.

‘Dunia berutang terima kasih terhadap jutaan hektar mangrove Indonesia yang aktif menyerap polusi karbon dunia. Meskipun, kekayaan biodiversitas pesisir tersebut belum dikembangkan secara optimal oleh pemerintah Indonesia”, ujar dia.

Inilah waktunya, tegas mantan Wakil Gubernur Bengkulu itu, bagi kita semua untuk menunjukkan keseriusan dalam pengendalian terhadap krisis iklim.

Dunia perlu berkolaborasi memulihkan kembali kerusakan ekosistem yang kita ciptakan sendiri.

“Sehingga Kami menaruh kebanggaan terhadap para milenial anak muda komunitas LATUN, yakni komunitas lestari alam laut untuk negeri yang terus berjuang merehabilitasi hutan mangrove di pesisir provinsi Bengkulu. Latun menjadi salah satu contoh bagaimana anak muda sebagai pewaris masa depan dunia merawat kelestarian ekologi”, ungkap mantan aktivis KNPI itu.

“Karena kolaborasi merupakan simpul kekuatan utama dalam proses rehabilitasi dan konservasi biodiversity. Kalau bukan sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi,” tutup dia. (*)