Mendorong Rumah Sakit untuk Lebih Baik dengan Cara Belajar

Desita Rahayu

Bengkulu, mediabengkulu.co – Kebijakan pemerintah tentang rumah sakit diatur dalam UU Nomor 44 Tahun 2009. UU tersebut menyebutkan bahwa sebagai institusi pelayanan kesehatan, rumah sakit menyediakan layanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Pelayanan tersebut diberikan oleh tenaga professional bidang kesehatan. Namun, sayangnya isu pelayanan kesehatan oleh rumah sakit terus-menerus menghadapi tantangan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Profesionalisme sektor kesehatan telah menjadi isu dunia yang telah direspon dengan baik oleh rumah sakit di berbagai negara seperti Singapura, Malaysia bahkan India dan Thailand dan telah menjadi peluang industri kesehatan yang mendatangkan devisa melalui konsep medical tourism.

Rumah sakit di negara-negara tersebut tengah fokus pada isu-isu kesehatan yang lebih kontemporer dengan sumber daya yang tidak hanya tenaga, alat, dan fasilitas kesehatan saja tetapi pengetahuan sebagai salah satu sumber daya penting.

Banyak penelitian telah dihasilkan untuk mengkaji tentangrumah sakit selaku organisasi modern yang tidak akan mampumenghasilkan produk pelayanan tanpa pengetahuan.

Kemajuan Rumah Sakit di negara-negara tersebut tidak terlepas dari kemampuannya untuk terus menyesuaikan diri dengan teknologi dan pengetahuan kedokteran yang semakin canggih/modern sehingga profesionalisme sektor kesehatan semakin baik.

Rumah Sakit terbaik di Indonesia pun harus banyak belajar untuk mengejar ketertinggalannya, sebab bila dilihat dari peringkat yang dirilis oleh Webometrics menyebutkan rumah sakit private terbaik kita hanya menduduki posisi 3.858, jauh dibawah Malaysia yang mampu berada di posisi 877 peringkat dunia.

Bahkan, rumah sakit milik Singapura lebih baik lagi berada di posisi 299 terbaik di dunia. Data tersebut dirilis oleh Webometrics pada Januari 2025.

Peringkat ini diberikan berdasarkan kinerja dan visibilitas rumah sakit di dunia maya, termasuk publikasi ilmiah dan interaksi online.

Rumah sakit di Singapura memang menjadi salah satu destinasi medis utama di Asia, yang selanjutnya disusul oleh Malaysia.

Rumah sakit di negara tetangga ini telah mampu menarik banyak pasien dari berbagai negara-negara sekitarnya termasuk pasien dari golongan menengah atas di Indonesia.

Singapura memiliki National Cancer Centre yang menjadi pusat onkologi terkemuka di Asia, sedangkan Malaysia memiliki Gleneagles Hospital dengan teknologi robotic-assisted surgery.

Kemampuan Rumah Sakit Malaysia dan Singapura di bidang medis tidak hanya mendatangkan devisa tapi menjaga eksistensi/masa depannya.

Seperti yang diungkapkan oleh teoritiskus Ikujiro Nonaka bahwa masa depan organisasi ditentukan oleh kemampuan menciptakan pembaharuan pengetahuan dan menterjemahkannya menjadi inovasi baik dalam bentuk produk maupun proses.

Tuntutan publik adalah pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi yang dapat dilakukan melalui perbaikan berkelanjutan.

Rumah sakit kita harus banyak belajar dan melakukan perubahan untuk terus eksis dalam persaingan bisnis kesehatan.

Pergeseran konsep belajar yang tidak hanya untuk organisasi privat tetapi juga organisasi publik yang sudah harus dijalankan seperti bisnis.

Namun demikian, proses belajar yang dilakukan rumah sakit tidaklah mudah karena ada beberapa karakteristiknya sebagai organisasi publik yang menyebabkannya tidak sefleksibel organisasi privat dalam belajar.

Sehingga tidak bisa berorientasi bisnis tapi ada unsur nonprofit oriented yang harus diutamakan mengingat perannya dalam mewujudkan akses pelayanan menyeluruh bagi Warga Negara Indonesia.

Penulis: Desita Rahayu // Editor: Sony

Penulis merupakan Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bengkulu.