Seluma, mediabengkulu.co – Tradisi larungan merupakan budaya sedekah laut yang telah dilakukan secara turun-temurun oleh nenek moyang, khususnya yang berprofesi sebagai nelayan Jawa.
Beberapa daerah di Indonesia ada yang masih mempertahankan tradisi larungan ini. Seperti di Desa Penago I, Kecamatan Ilir Talo, Kabupaten Seluma, yang manyoritas suku Jawa.
Paulus Sukiman, yang merupakan salah seorang sesepuh Desa Penago 1 mengatakan tradisi larungan dilaksanakan saat memasuki bulan Muharram atau biasa disebut bulan Suro dalam kalender Jawa.
“Kearifan lokal tradisi larungan ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta para nelayan, dan berharap agar rezeki dari laut bisa melimpah,” ungkap dia, Selasa (16/7/2024).
Tradisi ini ditandai dengan dilarungkannya atau dipersembahkannya hasil bumi khususnya masyarakat pesisir laut.
Dalam ritual budaya ini masyarakat nelayan menggelar kirab tumpeng dan sesaji yang diarak dari kantor Desa Penago I menuju pesisir pantai untuk didoakan.
Prosesi ini ungkapan syukur atas hasil laut yang diperoleh selama setahun, serta harapan agar memperoleh hasil yang melimpah tanpa halangan dan musibah.
Larung sesaji juga bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa yakni kekhasan yang merupakan ciri suatu daerah dan warisan leluhur.
Kegiatan larungan ini disaksikan langsung oleh ratusan masyarakat setempat, termasuk Camat Ilir Talo, dan Kapolsek Talo.
Menariknya acara ini tidak sedikit dari masyarakat yang mengabadikannya dengan smartphone yang mereka miliki.
“Ritual larungan juga dimeriahkan kesenian kuda lumping dan kesenian pencak silat serawai sebagai bentuk pluralisme budaya kehidupan masyarakat setempat,” kata dia.
Laporan: Alsoni Mukhtiar // Editor: Sony