Kendala yang Dihadapi Petani Dapat Diselesaikan Melalui Penyuluh

Petani di Kelurahan Panorama melangsungkan musim tanam perdana, (foto : Red/mb)

Bengkulu, mediabengkulu.co – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bengkulu minta kepada para petani agar diskusi dengan penyuluh.

Apabila menemui kendala dalam sistem pertanian termasuk keluhan dengan manajemen kelompok tani.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bengkulu malalui Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian, Hendri Dona.

Hendri mengatakan, para penyuluh merupakan perpanjangan tangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, saat ini ada 31 penyuluh dan masing-masing penyuluh terlibat dalam kelompok tani.

“Silakan diskusi ke penyuluh, nanti penyuluh akan menyampaikan kepada kami,” ungkap Hendri, Selasa (16/4/2024).

Sedangkan untuk keluhan masyarakat terkait tidak transparan pengurus kelompok tani terhadap bantuan berupa alat dan mesin pertanian yang diberikan pemerintah.

Kata Hendri, bantuan itu setelah diserahkan ke petani jangan dibiarkan tidak terurus dan silahkan untuk dipakai sama-sama

“Kalau ada kerusakan segera diperbaiki sama-sama” ujar Hendri.

Dirinya berharap apa yang dikeluhkan petani agar dapat segera teratasi dan tidak berlarut hingga berdampak pada produktifitas pertanian.

Dikabarkan sebelumnya, terdapat beberapa kendala dan keluhan masyarakat yang berprofesi sebagai petani di Kota Bengkulu.

Seperti yang ungkapkan salah satu petani Kota Bengkulu, Abdulah, dalam memasuki masa musim tanam perdana dirinya bersama petani yang lain.

Harus menghadapi sulitnya mengakses alat mesin pertanian bantuan dari pemerintah, akibatnya mereka harus mencangkul puluhan hektar lahan secara tradisional.

“Masalah kami, traktor yang dimiliki kelompok tani tidak bisa digunakan dan tidak tau dimana lagi tempatnya,” kata Abdulah, Senin (15/4/2024).

Ditambahkan Buyung yang juga merupakan seorang petani, ia menyoroti kurangnya transparansi dalam pengurusan kelompok tani di daerahnya yang mengakibatkan manajemen yang tidak efektif.

Sebagai akibatnya, setiap bantuan dari pemerintah berupa alat mesin pertanian, bibit, dan pupuk sering kali tidak tersedia atau tidak dapat dimanfaatkan oleh para petani.

“Kalau pun ada, harus sewa dengan biaya mahal,” keluh Buyung.

Buyung mengatakan, situasi ini telah berlangsung bertahun-tahun dan memaksa petani untuk mengelola lahan secara tradisional meskipun luasnya mencapai puluhan hektar.

Pemerintah perlu mengawasi manajemen kelompok tani, mendorong azas gotong royong, dan menciptakan lingkungan yang mendukung.

Agar petani dapat mencukupi kebutuhan keluarga serta masyarakat Kota Bengkulu dan menghasilkan hasil pertanian yang memadai untuk kesejahteraan bersama.

“Apa yang ditanam para petani bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan masyarakat,” kata dia. (Red)

Editor : Sony