MEDIA BENGKULU.CO,- Kampung Cina merupakan salah satu kawasan daerah kecil yang memiliki cerita sejarahnya di masa lalu. Kampung ini berupa perkampungan yang didiami oleh orang-orang yang berketurunan Tionghoa. Kampung ini memang sudah sejak lama dijadikan daerah pemukiman oleh warga yang memiliki aliran darah Tionghoa yang tentunya berada di Bengkulu.
Kampung Cina ini sudah ada sejak masa penjajahan Bangsa Inggris yang berusaha menguasai perdagangan lada sekitar tahun 1600-an. Sejak diizinkannya masuk oleh kongsi dagang Inggris East India Company (EIC) inilah berbondong-bondong warga keturunan Tionghoa semakin banyak yang tinggal di Kota Bengkulu, hal terjadi sekitar tahun 1689.
Tempat ini juga ada beberapa bekas peninggalan masa lalu seperti arkeologi berupa rumah-rumah yang dulu menjadi hunian bagi masyarakat setempat. Rumah-rumah tersebut juga memiliki arsitektur khas Cina yang begitu kental dan sangat asli. Di lokasi ini memang tidak terlalu banyak rumah yang memiliki arsitektur khas cina ini, saat ini hanya terlihat sekitar 20 rumah saja yang memiliki arsitektur seperti ini.
Secara umum, rumah khas Cina ini terdiri dari dua lantai dan memiliki atap yang berbentuk melengkung ke atas serta memiliki bentuk badan rumah yang sedikit memanjang ke bagian belakang, layaknya rumah-rumah lama yang berada di negara Cina pada umumnya.
Layaknya rumah asli yang berada di Negara Cina, rumah di kampung ini juga memiliki hiasan terawangan dan biasa diletakkan di bagian atas jendela. Hiasan terawangan ini sendiri konon memiliki fungsi sebagai ventilasi udara yang tentunya untuk keluar masuk udara.
Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi rumah di kampung cina ini juga mulai semakin berubah bentuk akibat berbagai renovasi yang hampir mengubah keseluruhan bentuk dari rumah cina yang khas. Namun sebagian warga juga ada yang tetap mempertahankan keasrian arsitektur rumah khas Cina ini.
Hingga kini warga keturunan Tionghoa sudah tersebar hampir ke seluruh penjuru negara Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Namun di Bengkulu inilah yang menjadi memori indah bagi warga Tionghoa ini, tepatnya di Kampung Cina yang menjadi Pecinan-nya Kota Bnegkulu. Hal ini berkaitan dengan masa dimana dahulu kampung ini menjadi pusat dari aktivitas perdagangan pertama tentunya di Bengkulu pada masa itu.
Hal ini didukung pula karenan letak aerah ini begitu strategis dan berada persis di depan gudang milik Bangsa Inggris dimana gudang ini juga menjadi salah satu peninggalan yang cukup bersejarah yaitu Benteng Marlborough. Aktivitas perdagangan tersebut juga membuat kawasan kampung ini tumbuh besar dengan cepat.
Dari beberapa litertur juga menyebutkan bahwa perkembangan dari Kampung Cina ini tak lepas dari keleluasaan yang diberikan secara khusu oleh pihak EIC kepada warga keturunan Tionghoa pada masa itu. Namun seiring dengan berjalannya waktu, daya tarik perdagangan di kampung ini perlahan mulai meredup.
Hal ini terjadi karena Gubernur Bengkulu kala itu Bapak Suprapto mulai melakukan penataan ruang wilayah Kota Bengkulu. Penataan tersebut bertujuan untuk mengembangkan Kota Bengkulu dengan melakukan pembangunan perkantoran dan pemerintahan. Hal ini juga turut melibatkan wilayah dari Kampung Cina ini sendiri. Rancangan inipun tersebar mulai dari kawasan Simpang Lima sampai ke area Simpang Padan Harapan.
Sejak pembangunantersebut, kini pusat perekonomian Bengkulu juga meulai bergeser ke kawasan yang berada di Jalan Supropto. Hingga pada tahun 2000 kawasan Kampung Cina ini benar-benar redup dan sepi. Hal ini didukung pula oleh adanya peristiwa kebakaran yang menghanguskan beberapa bahkan puluhan toko yang berada di jalan Pendakian dan Jalan Panjaitan. Hingga saat ini Kampung ini tetap ada walau kini hanya tersisa dua atau bahkan tiga toko saja yang masih buka.
Sejak pembangunantersebut, kini pusat perekonomian Bengkulu juga meulai bergeser ke kawasan yang berada di Jalan Supropto. Hingga pada tahun 2000 kawasan Kampung Cina ini benar-benar redup dan sepi. Hal ini didukung pula oleh adanya peristiwa kebakaran yang menghanguskan beberapa bahkan puluhan toko yang berada di jalan Pendakian dan Jalan Panjaitan. Hingga saat ini Kampung ini tetap ada walau kini hanya tersisa dua atau bahkan tiga toko saja yang masih buka. (adv)